Jepang adalah
tempat di mana setiap orang bersifat individu - tapi suka berada dalam
kelompok. Jika Anda mengunjungi taman pada jam tertentu di setiap hari
Sabtu, Anda akan melihat ratusan anak laki-laki berpakaian seperti
penyanyi rock dan skater, menari dengan alunan musik rock and roll ...
mereka sangat serius. Jadi tidak mengherankan juga jika anak perempuan
ingin menampilkan mode inovatif yang tidak ada atau belum pernah
terlihat sebelumnya, mereka ingin melakukannya di tempat yang sama, pada
waktu yang sama. Dan tempat itu adalah distrik Harajuku di Tokyo.
Sebelum Zaman Edo, Harajuku adalah salah satu kota penginapan (juku)
bagi orang yang bepergian melalui rute Jalan Utama Kamakura. Tokugawa Ieyasu menghadiahkan penguasaan Harajuku kepada ninja dari Provinsi Iga yang membantunya melarikan diri dari Sakai setelah terjadi Insiden Honnōji.
Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis di bagian selatan Jalan Utama Kōshū. Selain ninja, samurai kelas Bakushin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku. Petani menanam padi di daerah tepi Sungai Shibuya, dan menggunakan kincir air untuk menggiling padi atau membuat tepung.
Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah Kuil Meiji didirikan.
Setelah dibukanya berbagai department store pada
tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi
terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no. Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no.
Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang
berdandan aneh dan menari di jalanan. Setelah ditetapkan sebagai
kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit
anak-anak muda. Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang
dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an.
Istilah "Gadis Harajuku" telah
digunakan oleh media berbahasa Inggris untuk menggambarkan remaja yang
berpakaian dalam setiap gaya busana yang berada di wilayah Harajuku.
Mode ini mempengaruhi beberapa gaya diantaranya membuat bentuk gaun yang
unik. Salah satu gaya yakni, Kawaii, sangat tenar pada 1990-an.Kawaii menjadi ungkapan populer yang berarti ada sesuatu yang lucu atau cantik.
Kawaii
adalah bentuk perlawanan dalam gaya dan budaya, yang terkait dengannya
tidak akan dilihat sebagai sesuatu yang menarik oleh generasi tua. Ide
dari Kawaii adalah budaya pemuda yang berbeda yang terpisah dengan
budaya tradisional; berupa cyber-punk untuk menunjukkan
keberadaannya.Gaya ini dipengaruhi oleh fashion gothic dengan
menggabungkan warna-warni neon dan metalik. Gaya ini tidak sepopuler
pada 1990-an.
Sumber : http://bagrezhumaneater.blogspot.com/2011/04/sejarah-harajuku.html